Sismiranda tentang masa muda dan segala riuh resahnya menjadi dewasa

19 Januari 2015

Segelas Hati Secangkir Rasa

17 Januari 2015
21:34 - 23:18

Gadis : Sudah terang benderang disana?

Tuan : Awan mendung masih menggantung

Gadis : Asal hatimu tidak ikut mendung saja tuan

Tuan : Tidak, bukan kah kau selalu menyapunya?

Gadis : Aku?
           Bahkan aku tak pernah tahu

Tuan : Tidak perlu kau tau
          Biar segelas kopi ini saja yang tau

Gadis : Kopi lagi
           Mungkin aku akan bertanya pada kopimu

Tuan : Sama pahitnya dengan cokelatmu

Gadis : Cokelatku memang pahit
           Tapi tidak dengan senyummu

Tuan : Tidak juga dengan hatimu

Gadis : Hatiku?

Tuan : Iya, Selembut awan

Gadis : Sama dengan senyummu
           Semanis madu

Tuan : Semanis gula gula saja

Gadis : Kenapa hanya gula gula?

Tuan : Karena semua tergantung padamu

Gadis : Aku bilang semanis madu tuan

Tuan : Apa kau mencicipnya?

Gadis : Hatiku yang mencicipnya

Tuan : Hatiku pun mencicip hal yang sama padamu

Gadis : Kalau begitu
           Boleh aku bertanya sesuatu?

Tuan : Bertanyalah
          Kalau mampu biarkan aku yang menjawab
          Jika tidak segelas kopi ini yang akan menjawabnya

Gadis : Aku ingin hatimu yang menjawab
           Bukan kamu ataupun segelas kopimu

Tuan : Baiklah, gadis romantis

Gadis : Baiklah
           Mau berbagi kisah denganku?
           Suka duka, canda tawa bahkan rindu dan sendu?

Tuan : Bukankah sudah kulakukan?

Gadis : Aku memastikannya tuan

Tuan : Sudah kujawab dengan hatiku
          Sudahkah kau dengar?

Gadis : Bukan mendegar
           Namun merasakan

Tuan : Sudah kau rasa?

Gadis : Hatiku yang merasakan
           Rasa manisnya


Karena jarak bukan alasan untuk berhenti berkarya.
Yogyakarta - Tulungagung

17 Januari 2015

Puisi untuk seorang Mbak

Angin, jangan berhembus kencang malam ini
Aku sedang menikmati wajah manis seseorang disampingku
Seseorang yang malam ini menemaniku
Menemaniku mengerjakan tes yang belum usai
Seseorang yang memiliki senyum tulus
Seseorang yang menjadi penyemangatku

Angin, berhembuslah pelan
Jendela belum aku tutup rapat malam ini
Aku enggan beranjak
Aku takut membangunkan wanita manis disampingku
Saat sedang tidur saja dia semanis ini
Apalagi saat dia tersenyum
Aku menyayanginya sungguh
Angin, bawalah aroma kehangatan untuk wanita disampingku ini


Aku tulis saat hujan sedang turun deras, saat seorang wanita manis mau menemani mengerjakan soal UASku :) puisi ini kupersembahkan untuk Salsabila Alif Ananda, anggota kos yang udah kayak "Mbak" sendiri. 

Foto pas Jogja kena abu kelud ^^

08 Januari 2015

Permintaan Maaf Tuan Penikmat Kopi

Yogyakarta, 6 Januari 2015 (0:54 - 0:55)

Ingin kuhidangkan sepiring maaf
Untuk menemani segelas kopi yang menjaga tidurmu
Bagaimana tidak?
Sepagi inipun
Kau masih mencicip kopi buatanku

Layu mawar yang kuikat rapi
Ingin rasanya kusajikan juga
Untuk tawamu yang mengisi gelas-gelas kopi
Mengganti rasa gula-gula

Kalau boleh,
Ijinkan kubungkus rapi puisi-puisi ini
Kubawa dalam tidurku
kubagikan pada mimpi-mimpi

Selamat malam, gadis romantis
:)


-Tuan Penikmat Kopi-

07 Januari 2015

Janji Kembali ke Kota Tua

Janji kembali ke kota tua
Masih ingat janji itu?
Kamu tulis di halaman ke-70 buku harianku
Tulisanmu "Janji kembali ke kota tua" lalu kau beri tanda tangan dengan senyum sebagai pemanisnya
Ah, senyummu selalu manis
Semanis gula-gula warna merah jambu kala itu
Atau malah lebih manis?

Masih ingatkah juga kamu?
Tentang becak mini yang kita naiki berdua
Janji kembali ke kota tua
Ini bukan janji antara aku dan kamu 
Tapi ini janji kita, berdua