Apa kabarmu?
Apa kabarmu? Bagaimana kondisimu? Masih suka minum kopi
hanya untuk meyelesaikan tulisanmu? Menyelesaikan puisi-puisimu? Pertanyaan
yang tidak seharusnya aku tanyakan lagi, kamu sudah bahagia disisiNya Mas.
Aku rindu, iya aku rindu kamu. Aku rindu kala kita memandang senja bersama, aku
rindu aroma pantai yang katamu “ini aroma kebebasan Dek”. Aku rindu kamu yang
selalu bercerita tentang keluargamu, kamu yang selalu bercerita tentang
teman-temanmu. Aku rindu semua itu.
Masih ingatkah kamu pada semburat saga di pantai satu tahun yang lalu? Semburat
saga yang katamu “Ini warna yang romantis Dek, kalau kita menikah nanti warna
saga ini yang akan mendominasi warna pelaminan kita” katamu dengan keyakinan
penuh kalau kita akan menikah dan akan duduk berdua di pelaminan. Tapi mimpi
itu sirna sembilan bulan yang lalu sejak kecelakaan pesawat yang membawamu ke
tanah kelahiranmu mengalami kecelakaan.
Kamu selalu mengatakan “Kalau kita berumah tangga nanti kamu mau kan jadi
istriku yang selalu sabar ngadepin aku ya Dek?” aku selalu tersipu malu dan
tersenyum dengan pertanyaanmu seputar pernikahan, kamu mengajakku bermimpi
terlalu tinggi, kau ajak aku merangkai puzzle tapi sekarang papan rangkaian
puzzlenya hilang, tinggal mimpi-mimpi yang sudah tidak bisa aku bahkan kita
wujudkan lagi. Kabar kecelakaanmu aku dengar satu jam setelah insiden itu
terjadi, pesawatmu kehilangan kontak saat cuaca sedang amat sangat buruk, yah
sejak hari itu aku seperti kehilangan semangat hidup, semangat menulis,
semangat berpuisi, semangat menaklukkan puncak, semangat melanjutkan hidup, aku
kehilangan semua semangat itu. Kamu yang selalu mengatakan padaku, “Kamu itu
gadis yang kuat Dek, kamu itu gadis yang Mas pilih buat Mas ajak menaklukkan
puncak-puncak nusantara ini” sejak mendengar ucapanmu yang satu itu aku selalu
bermimpi dapat menaklukkan puncak puncak tertinggi di nusantara ini, berjalan
bersama, melewati badai angin topan bersama, kamu yang selalu mengatakan bahwa
edelwies adalah bunga yang ingin kamu tanam di depan rumah, kamu yang selalu
mengatakan anak-anak kita akan kita beri nama puncak puncak yang sudah kita
tempuh berdua, lagi-lagi aku teringat semua mimpimu Mas, aku rindu kamu Mas,
sungguh aku rindu. Ayahmu menelponku dan berkata padaku dua hari setelah
kecelakaanmu, kata beliau “Ada pesan yang belum sempat Om sampaikan padamu nak,
ada surat yang Mas titipkan buat kamu dan sebelum berangkat Mas sempat bilang
ke Om kalau dia akan melamarmu kurang lebih sembilan bulan lagi, tepat pada
tanggal 1 Januari”. Aku menangis mendengar beritamu dari Ayahmu Mas, 1 Januari
itu hari ini Mas, hari dimana kata ayahmu kamu akan melamarku, hari dimana kali
pertama tiga tahun yang lalu kita berjumpa karena hobi mendaki kita, puncak
Sindoro menjadi saksi pertemuan kita Mas, ladang edelwies yang sedang mekar
waktu itu menambah suasana romantis pertemuan kita. Surat yang Mas titipkan
baru aku baca sepuluh hari setelah surat itu berada di tanganku, kenapa harus
sepuluh hari? Aku ingat kata-katamu Mas, “Pikirkan, paling lama sepuluh hari,
aku tunggu sampai sepuluh hari kedepan keputusanmu Dek” waktu itu kamu
mengajakku menaklukkan puncak Rinjani, puncak dekat tempat KKNmu, tapi aku
menolak tepat sepuluh hari setelah kamu mengajakku, karena Bapakku tidak
memberiku izin untuk kesana. Hal romantis yang kamu bawa pulang hari itu adalah
ceritamu saat kamu menaiki puncak Rinjani, ah aku selalu suka lekuk bibirmu
saat bercerita Mas, senyum manis ramah ciri khas daerahmu Mas. Perlahan aku
buka suratmu, aku baca, lagi-lagi kata katamu membuatku menangis terharu, membuatku tak berhentinya meneteskan air mata, katamu dalam surat :
Assalamualaikum wr wb
Dek, Mas pulang ke Jawa dulu ya, rencananya tiga bulan lagi Mas sekeluarga
pindah lagi ke Jawa, tapi keluarga Mas semua masih disana. Kamu hati-hati ya di
Banjarmasin Dek, Mas belum tahu kapan akan kembali ke Banjarmasin lagi, maaf
pagi ini Mas ingkar janji karena tidak bisa menemanimu ke pasar apung. Oh ya,
udang buatanmu kemarin enak sekali Dek, Mas ketagihan, pagi ini sebelum
berangkat Mas makan cumi manis yang kamu titipkan ke adek Mas kemarin sore,
tadi pagi Mas hangatkan, enak Dek, makanan terlezat yang pernah Mas makan. Nanti
kalau kita berkeluarga kamu harus masakin Mas seafood terus ya? Hehe
Mas pasti akan merindukanmu Dek. Oh ya kemarin kamu minta Mas buatkan puisi
tentang kebersamaan kita ya? Ini Mas buat dengan sepenuh hati Mas. Semoga Dedek
suka ya,
Biarkanlah aku menjadi senja
Sesekali membuat perahu-perahu itu berlabuh
Membawa rindu
Luruh di kota kita
Pendar saga menyala
Romansa jingga
Menemani kepulangan para penyari harapan
Lalu kau jadilah
fajar, sayangku
Tempat para nelayan meletakkan mimpi
Bersama asa mentari
Mas selalu suka
ekspresimu setelah membaca puisi, senyum malu malumu, wajahmu memerah Dek, itu
manis sekali. Sampai jumpa Dek, jaga diri baik-baik, Mas pergi dulu. Mamas
sayang kamu Dek.
Wassalamualaikum wr wb
Langsung air mataku tak terbendung membaca isi surat dan
puisimu Mas, hari ini empat tahun perkenalan kita, tiga tahun belakangan kamu
yang selalu menguatkan aku Mas, kamu yang selalu mengajakku berjuang sampai
puncak, kata-katamu yang sampai sekarang aku tempel di halaman depan buku
harianku, “Temani aku sampai puncak gunung, maka kau akan ku temani sampai
puncak hidupmu”. Hari ini, dua jam lagi aku akan di wisuda Mas, program
masterku sudah selesai. Aku berjalan terseok-seok sembilan bulan belakangan ini
Mas, tapi semua kata-katamu jadi penyemangatku Mas.
Mas terimakasih untuk empat tahunnya, terimakasih untuk perkenalan singkat kita
yang istimewa ini, aku tutup buku ini Mas, tiga hari lagi aku berangkat ke
negara impian kita Mas, Jerman. Negara yang katamu banyak melahirkan teknisi
teknisi hebat, aku akan melanjutkan studyku disana, aku dapat beasiswa yang
dulu sempat kamu ikuti juga Mas. Sekali lagi terimakasih Mas. Aku rindu senyum
manis dari pria jakung yang menjadi penyemangatku tiga tahun belakangan ini,
aku sayang kamu Mas. Bahagia di surgaNya ya, kalau kita tidak berjodoh di dunia
yang fana ini, mungkin kita akan berjodoh di tempat yang lebih kekal milikNya
Mas. Aamiin.
Dari gadis yang
merindukanmu